DAHLIA RASYAD

DAHLIA RASYAD

Kamis, 28 Agustus 2008

Puisi

Syair Tanpa Syarah

ribu angkasa

balutan khutbah pengantin renta
beringsut lepus
menggumpal
mengarak ke langit tembaga
nyaris tanpa tilas

sembari lentera mengarang
bertelanjang pada malam gigil
tapi longlong anjing
terlanjur membuatmu merinding
tersisa kisah tentang kegelapan

“kerentaan adalah cacian jalang dalam dalang belulang. memburu serigala-serigala murtad yang mencelupi vagina babi hutan dengan lendir amis di kelangkaan hari yang semakin melotok. dengki menyedot ketakutan hingga tak terpintal, mengulas bijak tersengal-sengal. dia, diantara yang tak bernama, menghitung kepedihan setiap kali pusara-pusara menggugus. menculik binar untuk senyap. pada kala itu, kesuraman jatuh pada hari syin, karma dari zal yang berulang pada zai. kau akan melihat betina-betina tak lagi bunting untuk ribuan ratus puluh abad kemudian”

hari
lembaran-lembaran sesak
penyesatan

“dan perjalanan hanya sebungkus penantian, kepergian pilu menembus sarat sulang jelaga dalam epos Tuhan. sayap-sayaplah yang akan menyelamatkanmu dari kesendirian, menyingkirkan kegagalan ke belakang dan mengenyahkan kebusukan bingar yang meradang. kau mungkin akan terharu, mendengar rahim ibumu mengerang di sayat sembilu dan melihat nadir ayahmu terjagal habis”

di penghujung
anyir nafas tinggal legenda
pembunuhan tak berdosa

“penghianatan bukan lagi angkara, semacam fantastisasi mimpi buruk yang kerap kau ingat kembali dengan keras, menangkis seluruh realitas. aku yang terlanjur hina semakin berserpih dan tercerai dalam ketakterbengkalaian karena manis ingkar dan pahit penciptaan dalam sebuah perjanjian”

ingatan
buruan waktu
terdesak kian himpit

“pada akhirnya kepasrahan adalah ihwal petaka. pemujaan menambah sengit kutukan menjadi sebuah kekosongan, terkunci di muara-muara pemberontakan hingga kita benar-benar kehilangan...keabadian”

syair
pelepah
tak bersyarah

3 komentar:

Eko Putra mengatakan...

salam. makasih udah di link, aku link balik


salam dari sekayu

Serigala Kecil
Eko Putra

Kakilangit mengatakan...

salam, bagus blognya. salut buat Dahlia, sedikit perempuan yang menyukai dunia sastra, di Palembang sendiri juga bisa dihitung dengan jari yang mau menulis sastra

salam budaya
Teje

jufrizal mengatakan...

salam..
bagus ya mbak dahlia gaya bahasanya.
salam kenal dari jufrizal